Glanz - Transaksional Model of Stress dan Koping
Glanz mengembangkan model konseptual stress dan adaptasi dengan menekankan bahwa pengalaman stres ditafsirkan sebagai transaksi individu dan lingkungan. Konseptual model stress dan koping ini menjelaskan suatu hubungandalam mengatasi peristiwa stress yang dianggap sebagai transaksi antara individu dengan lingkungan, dimana dampak dari stressor dimediasi oleh penilian orng terhadap stressor dan sumber daya psikologi, sosial, dan budaya dimiliki dalam upaya menyelesaikan masalah.
A. PRIMARY APPRASIAL
Suatu evaluasi tingkat kemaknaan stressor bagi seseorang mempunyai arti, intensitas dan kepentingannya. Dasar penilian pertama ini adalah persepsi seseorang tentang kerentanan terhadap ancaman penyebab stress dan persepsi tentang keparahan dari ancaman tersebut. Apabila suatu peritiwa menjadi tidak relevan atau positif apabil tidak perpengaruh negatif terhadap kesejahteraan kita, begitu juga stressor akan menjadi suatu ancaman apabila dinilai sebagai tekanan.
Penilian pertama lainnya juga melibatkan motiasi yang relevan dan fokus penyebab stressor. Ketika Stressor yang dinilai sebagai memiliki dampak yang besar pada tujuan seseorang atau masalah motivasi yang terkait sangat besar, prang tersebut akan mengalami kecemasan dan suatu spesifik distress. ini terutaa berhubungan dengan kesehatan fisik seseorang atau kesejahteraan seseorang.
Menurut Leventhal dan Brissette dalam tahap interretasi terdapat proses representasi dari ancaman. Proses representasi ini terdiri dari Identity, Cause, Timeline, Consequences, dan Controllability.
Domain Identity melibatkan nilai atau kepercayaan seseorang akan ancaman kesehatan atau perjalanan penyakit yang akan dihadapi.
Domain Cause adalah faktor individu atau lingkungan yang menyebabkan seseorang mengalami ancaman kesehatan
Domain Timeline adalah waktu saat ancaman itu datang atau lama penyakit itu akan berlangsung.
Domain Consequences mengacu pada beberapa ha yang akan terjadi karena penyakit yang dialami
Domain Controllability adalah beberapa hal yang dapat menjadi solusi atau penanganan penyakit yang diderita
Serangkaian representai kognitif dari suatu stimulus masalah aan memberikan arti dari masaah tersebut dan menyebabkan seseorang yang mengembangkan serta mempertimbangkan strategi koping yang sesuai untuk masalah tersebut
B. SECONDARY APPRAISAL
Secondary Appraisal merupakan ketetapan seseorang dalam mengatasi masalah dengan menggunakan sumber daya dan pilihan. Berbeda dengan penilaian utama yang berfokus pada fitur dati situasi stress, penilaian sekunder kearah apa yang bisa dilakukan tentang situasi. Secondary Appraisal sebagai penilaian kemampuan untuk mengubah situasi, kemampuan yang dirasakan untuk mengelola suatu reaksi emosional seseorang terhadap ancaman, dan harapa tentang efektivitas sumber daya seseorang dalam mengatasi masalah.
Self Effiacy adalah pertimbangan pendapat seseorang mengenai kemampuan untuk melakukan serangkaian tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Peran Self Effiacy sangat besar dalam mempertahankan dan meningkatkan motiasi seseorang, keadaan afektif dan tindakan seseorang berdasarkan tujuan yang ingin dicapai.
Bandura 1997 mengemukakan bahwa Self efficacy merupakan mekanisme pengaktifan seseorang dalam menggabungkan kemampuan cognitive dan sosialnya pada saat melaksanakan tugas tertentu. keyakinan yang kuta akan kemampuan yang dimiliki, menentukan usaha seseorang dalam mengerjakan tugas-tugasnya. keyakinan yang kuat tentang efektivitas kemampuan menentukan koping behaviour seseorang. dengan alasan ini, bagaimana seseorang berprilaku dapat diprediksi melalui keyakinan yang dipegang dan menentukan keterampilan yang dimiliki seseorang.
Stuart dan Sundeen 1998 mengemukakan jika stressor bermakna individu, maka akan berupaya mencari sumber-sumber dari luar yang dimiliki seperti kemampuan sosial ekonomi, waktu dan dukungan sosial yang didapat. Dukungan sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama. Dukungan tersebut memberi akses positif bagi kondisi emosional individu atau kelompok yang menerima dukungan sosial tersebut.
Salah satu komponen penting dari masa tua yang sukses dan kesehatan mental adalah adanya sistem pendukung yang efektif. Sumber pendukung utamanya adalah anggota keluarga, seperti pasangan, anak-anak, saudara kandung, atau cucu. Namun struktur keluarga akan mengalami perubahan jika ada anggota yang meninggal dunia, pindah ke daerah lain atau menjadi sakit. Oleh karena itu kelompok pendukung lain sangat penting. Beberapa dari kelompok ini adalah tetangga, temen dekat, kolega sebelumnya dari tempat kerja atau organisasi dan anggota lansia ditempat ibadah. stanley dan beare 2006
keluarga sebagai bagian dari suatu komunitas masyarakat, merupakan lingkaran spesial terdekat dan merupakan sumber utama dari dukungan sosial yang dimiliki lansia. keluarga merupakan tempat tinggal utama bagi lansia untuk mendapatkan dukungan moral maupun material dan mendapatkan perawatan sepenuhnya
Jason dan Schulz 1996 dalam penelitiannya menyatakan bahwa dukungan sosial sebagai indirect effect disaat krisis sehingga dapan menurunkan perasaan stress seseorang ataupun mampu menjadikan masalah tersebut lebih kecil, lebih terkontrol, dan menyelesaikan masalah kecil sebelum masalah tersebut menjadi besar. Sementara berdasarkan the buffering effects atau interactive effect dukungan sosial dapat menghilangkan efek negatif dari stress dengan mempengaruhi pemahaman, kualitas, dan kuantitas dari sumber stress tersebut. Secara lebih spesifik dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit, dan dikalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi meningkat
C. COPING EFFORT
Upaya mengatasi masalah model transaksional, efek emosional dan fungsional dari penilaian primer dan penilaian sekunder dimediasi oleh strategi koping aktual. Upaya mengatasi masalah ada dua dimensi
1. Manajemen masalah
2. regulasi Emosi
Komentar
Posting Komentar