Mental Status Examination (MSE) - Psikiatri

Pengujian status mental atau dalam bahasa Inggris disebut Mental Status Examination (MSE) adalah bagian penting dari proses pengujian klinis dalam praktik neurologis dan psikiatri. Pengujian ini adalah cara terstruktur untuk mengamati dan menggambarkan fungsi psikologis pasien pada titik waktu tertentu, di bawah domain penampilan, sikap, perilaku, suasana hati dan perasaan, ucapan, proses berpikir, isi pikiran, persepsi, kognisi, wawasan, dan pengujian. Ada beberapa variasi kecil dalam subdivisi MSE dan urutan serta nama domain MSE.

Tujuan dari MSE adalah untuk mendapatkan gambaran lintas-bagian yang komprehensif dari keadaan mental pasien yang apabila dikombinasikan dengan informasi biografis dan sejarah dari riwayat pasien, memungkinkan psikiatri untuk membuat diagnosis dan formulasi yang akurat yang diperlukan untuk perencanaan pengobatan yang koheren.

Data dikumpulkan melalui kombinasi cara langsung dan tidak langsung: observasi tidak terstruktur sembari memperoleh informasi biografis dan sosial, pertanyaan terfokus tentang gejala saat ini, dan tes psikologi formal.

MSE tidak sama dengan Mini-Mental State Examination (MMSE) yang merupakan tes skrining neuropsikologis singkat untuk penderita demensia .

Landasan teoretis

MSE berasal dari pendekatan psikiatri yang dikenal sebagai psikopatologi deskriptif atau fenomenologi deskriptif, yang dikembangkan dari karya filsuf dan psikiater Karl Jaspers. Dari perspektif Jaspers, diasumsikan bahwa satu-satunya cara untuk memahami pengalaman pasien adalah melalui deskripsinya sendiri (melalui pendekatan penyelidikan empatik dan non-teoretis), berbeda dari pendekatan interpretatif atau psikoanalitik yang mengasumsikan psikiatri dapat memahami pengalaman atau proses yang tidak disadari pasien, seperti mekanisme pertahanan atau dorongan bawah sadar.

Dalam praktiknya, MSE adalah perpaduan antara fenomenologi deskriptif empatik dan observasi klinis empiris. Sering dikemukakan bahwa istilah fenomenologi dianggap rusak dalam psikiatri klinis: penggunaan saat ini sebagai satu set deskripsi yang seharusnya objektif dari pasien psikiatri (sinonim untuk tanda dan gejala), tidak sesuai dengan makna asli yang berkaitan dengan memahami suatu pengalaman subjektif pasien.

Aplikasi

Pengujian status mental merupakan keterampilan inti tenaga kesehatan (mental) yang berkualitas. Pengujian ini adalah bagian penting dari pengujian psikiatri awal dalam pengaturan rawat jalan atau rumah sakit jiwa. Pengujian ini merupakan pengumpulan data yang sistematis berdasarkan pengamatan perilaku pasien saat pasien dalam pengawasan dokter selama wawancara. Tujuannya adalah untuk memperoleh bukti gejala dan tanda-tanda gangguan jiwa, termasuk bahaya bagi diri sendiri dan orang lain yang ada pada saat wawancara. Selanjutnya, informasi tentang wawasan pasien, pengujian, dan kapasitas untuk penalaran abstrak digunakan untuk menginformasikan keputusan tentang strategi pengobatan dan pilihan pengaturan pengobatan yang tepat.

Hal ini dilakukan dengan cara pengujian informal yaitu menggunakan kombinasi pertanyaan terbuka dan tertutup dan dilengkapi dengan tes terstruktur untuk menilai kognisi. MSE juga dapat dianggap sebagai bagian dari pemeriksaan fisik komprehensif yang dilakukan oleh dokter dan perawat meskipun dapat dilakukan secara sepintas dan disingkat dalam pengaturan non-kesehatan mental.Informasi biasanya dicatat sebagai teks bentuk bebas menggunakan judul standar, tetapi daftar periksa MSE singkat tersedia untuk digunakan dalam situasi darurat, misalnya oleh paramedis atau staf departemen darurat. Informasi yang diperoleh dalam MSE digunakan, bersama dengan informasi biografis dan sosial dari riwayat psikiatri, untuk menghasilkan diagnosis, formulasi psikiatri, dan rencana perawatan.

Domain

A. Deskripsi Umum : 

1. Penampilan : Posture, sikap, pakaian, perawatan diri, rambut, kuku, sehat, sakit, marah, takut, apatis, bingung, merendahkan, tenang, tampak lebih tua, tampak lebih muda, bersifat seperti wanita, bersifat seperti laki-laki, tanda-tanda kecemasan–tangan basah, dahi berkeringat, gelisah, tubuh tegang, suara tegang, mata melebar, tingkat kecemasan berubah-ubah selama wawancara atau dengan topik khusus. 
2. Perilaku dan aktivitas psikomotorik : Cara berjalan, mannerisme, tics, gerak–isyarat, berkejang-kejang (twitches), stereotipik, memetik, menyentuh pemeriksa, ekopraksia, janggal / kikuk (clumsy), tangkas (agile), pincang (limp), kaku, lamban, hiperaktif, agitasi, melawan (combative), bersikap seperti lilin (waxy) 
3. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif, penuh perhatian, menarik perhatian, menantang (frack), sikap bertahan, bermusuhan, main-main, mengelak (evasive), berhati-hati (guarded) 

B. Bicara : Cepat, lambat, memaksa (pressure), ragu-ragu (hesitant), emosional, monoton, keras, membisik (whispered), mencerca (slurred), komat-kamit (mumble), gagap, ekolalia, intensitas, puncak (pitch), berkurang (ease), spontan, bergaya (manner), bersajak (prosody) 

C. Mood dan Afek

1. Mood : (Suatu emosi yang meresap dan bertahan yang mewarnai persepsi seseorang terhadap dunianya) : Bagaimana pasien menyatakan perasaannya, kedalaman, intensitas, durasi, fluktuasi suasana perasaan– depresi, berputus asa (despairing), mudah tersinggung (irritable), cemas, menakutkan (terrify), marah, meluap-luap (expansived), euforia, hampa, rasa bersalah, perasaan kagum (awed), sia-sia (futile), merendahkan diri sendiri (self– contemptuous), anhedonia, alexithymic 
2. Afek : (ekspresi keluar dari pengalaman dunia dalam pasien), Bagaimana pemeriksa menilai afek pasien–luas, terbatas, tumpul atau datar, dangkal (shallow), jumlah dan kisaran dari ekspresi perasaan ; sukar dalam memulai, menahan (sustaining) atau mengakhiri respons emosinal, ekspresi emosi serasi dengan isi pikiran, kebudayaan, 
3. Keserasian : keserasian respon emosional pasien dapat dinilai dalam hubungan dengan masalah yang sedang dibahas oleh pasien. Sebagai contoh, pasien paranoid yang melukiskan waham kejarnya harus marah atau takut tentang pengalaman yang sedang terjadi pada mereka. Afek yang tidak serasi, ialah suatu mutu respons yang ditemukan pada beberapa pasien skizofrenia; afeknya inkongruen dengan topik yang sedang mereka bicarakan. (contohnya : mereka mempunyai afek yang datar ketika berbicara tentang impuls membunuh). Ketidak serasian juga mencerminkan tarap hendaya dari pasien untuk mempertimbangkan atau pengendalian dalam hubungan dengan respons emosional. 

D. Pikiran dan Persepsi

1. Bentuk Pikiran : a. Produktivitas : Ide yang meluap-luap (overabundance of ideas), kekurangan ide (paucity of ideas), ide yang melompat-lompat (flight of ideas), berpikir cepat, berpikir lambat, berpikir ragu-ragu (hesitant thinking), apakah pasien bicara secara spontan ataukah menjawab hanya bila ditanya, pikiran mengalir (stream of thought), kutipan dari pasien (quotation from patient) b. Arus pikiran : Apakah pasien menjawab pertanyaan dengan sungguh-sungguh dan langsung pada tujuan, relevan atau tidak relevan, asosiasi longgar, hubungan sebab akibat yang kurang dalam penjelasan pasien; tidak logis, tangensial, sirkumstansial, melantur (rambling), bersifat mengelak (evasive), perseverasi, pikiran terhambat (blocking) atau pikiran kacau (distractibility). c. Gangguan Berbahasa : Gangguan yang mencerminkan gangguan mental seperti inkoheren, bicara yang tidak dimengerti (word salad), asosiasi bunyi (clang association), neologisme. 
2. Isi Pikiran : a. Preokupasi : Mengenai sakit, masalah lingkungan, obsesi, kompulsi, fobia, rencana bunuh diri, membunuh, gejala-gejala hipokondrik, dorongan atau impuls-impuls antisosial. 
3. Gangguan Pikiran : a. Waham : Isi dari setiap sistim waham, organisasinya, pasien yakin akan kebenarannya, bagaimana waham ini mempengaruhi kehidupannya, ; waham penyiksaan–isolasi atau berhubungan dengan kecurigaan yang menetap, serasi mood (congruent) atau tak serasi mood (incongruent) b. Ideas of Reference dan Ideas of influence : Bagaimana ide mulai, dan arti / makna yang menghubungkan pasien dengan diri mereka. 
4. Gangguan Persepsi : a. Halusinasi dan Ilusi : Apakah pasien mendengar suara atau melihat bayangan, isi, sistim sensori yang terlibat, keadaan yang terjadi, halusinasi hipnogogik atau hipnopompik ; thought brocasting. b. Depersonalisasi dan Derealisasi : Perasaan yang sangat berbeda terhadap diri dan lingkungan. 
5. Mimpi dan Fantasi a. Mimpi : satu yang menonjol, jika ia iingin menceritakan, mimpi buruk. b. Fantasi : berulang, kesukaan, lamunan yang tak tergoyahkan

E. Sensorium dan Fungsi Kognitif: 

1. Kesadaran : Kesadaran terhadap lingkungan, jangka waktu perhatian, kesadaran berkabut, fluktuasi tingkat kesadaran, somnolen, stupor, kelelahan, keadaan fugue. 
2. Orientasi : a. Waktu : Apakah pasien mengenal hari secara benar, tanggal, waktu dari hari, jika dirawat di rumah sakit dia mengetahui sudah berapa lama ia dia berbaring disitu, b. Tempat : Apakah pasien tahu dimana dia berada c. Orang : Apakah pasien mengetahui siapa yang memeriksa dan apa peran dari orang-orang yang bertemu denganya. 
3. Konsentrasi dan Perhitungan : Pengurangan 7 dari 100 dan hasilnya tetap dikurangi 7. jika pasien tidak dapar dengan pengurangan 7. pasien dapat tugas lebih mudah – 4 x 9; 4 x 5 ; Apakah cemas atau beberap gangguan mood atau konsentrasi yg bertanggung jawab terhadap kesulitan ini. 
4. Daya ingat : Gangguan, usaha yang membuat menguasai gangguan itu – penyangkalan, konfabulasi, reaksi katastropik, sirkumstansialitas yang digunakan untuk menyembunyikan kekurangannya, apakah proses registrasi, retensi, rekoleksi material terlibat. a. Daya ingat jangka panjang (remote memory) : data masa kanakkanak, peristiwa penting yang terjadi ketika masih muda atau bebas dari penyakit, persoalan-persoalan pribadi. b. Daya ingat jangka pendek (Recent past memory, recent memory) : beberapa bulan atau beberapa hari yang lalu, apa yang dilakukan pasien kemarin, sehari sebelumnya, sudah sarapan, makan siang, makan malam. c. Daya ingat segera (immediate retention and recall) : kemampuan untuk mengulangi enam angka setelah pemeriksa mendiktekannya – pertama maju, kemudian mundur, sedudah beberapa menit interupsi, tes pertanyaan yang lain, pertanyaan yang sama, jika diulang, sebutkan empat perbedaan jawaban pada empat waktu. d. Pengaruh atau kecacatan pada pasien : mekanime pasien mengembangkan kemampuan menguasai kecacatan 
5. Tingkat Pengetahuan : Tingkat pendidikan formal, perkiraan kemampuan intelektual pasien dan apakah mampu berfungsi pada tingkat dasar pengetahuan. : jumlah, perhitungan, pengetahuan umum, pertanyaan harus relevan dengan latar belakang pendidikan dan kebudayaan pasien. 
6. Pikiran Abstrak : Gangguan dalam formulasi konsep; cara pasien mengkonsepsualisasikan atau menggunakan ide-idenya, (misalnya membedakan antara apel dan pear, abnormalitas dalam mengartikan peribahasa yang sederhana, misalnya ; “Batu-batu berguling tidak dikerumuni lumut”; jawabannya mungkin konkrit. Memberikan contohcontoh yang spesipik terhadap ilustrasi atau arti) atau sangat abstrak (memberikan penjelasan yang umum) ; kesesuaian dengan jawaban. 

F. Tilikan : 

1. Penyangkalan sepenuhnya terhadap penyakit 
2. Sedikit kesadaran diri akan adanya penyakit dan meminta pertolongan tetapi menyangkalinya pada saat yang bersamaan 
3. Sadar akan adanya penyakit tetapi menyalahkan orang lain, faktor luar, medis atau faktor organik yang tidak diketahui. 
4. Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui pada dirinya. 
5. Tilikan Intelektual : Pengakuan sakit dan mengetahui gejala dan kegagalan dalam penyesuaian sosial oleh karena perasaan irrasional atau terganggu, tanpa menerapkan pengetahuannya untuk pengalaman dimasa mendatang 
6. Tilikan Emosional yang sebenarnya : kesadaran emosional terhadap motif-motif perasaan dalam, yang mendasari arti dari gejala; ada kesadaran yang menyebabkan perubahan kepribadian dan tingkah laku dimasa mendatang; keterbukaan terhadap ide dan konsep yang baru mengenai diri sendiri dan orang-orang penting dalam kehidupannya. 

G. Daya nilai : 

1. Daya nilai Sosial : Manifestasi perilaku yang tidak kentara yang membahayakan pasien dan berlawanan dengan tingkah laku yang dapat diterima budayanya. Adanya pengertian pasien sebagai hasil yang tak mungkin dari tingkah laku pribadi dan pasien dipengaruhi oleh pengertian itu. 
2. Uji daya nilai : pasien dapat meramalkan apa yang akan dia lakukan dalam bayangan situasi tsb. Misalnya apa yang akan dilakukan pasien dengan perangko, alamat surat yang dia temukan dijalan. 
3. Penilaian Realitas : kemampuan membedakan kenyataan dengan fantasi

Daftar pustaka

Komentar

Postingan Populer